Sahabat Allah


Bibirku tak mudah mengucapkan kata-kata yang indah, 
penuh rahmat, dan kagum 
ketika aku bertemu dengan-Nya

di dalam kehampaan dan kekosongan diri
Apakah iman hanya bisa diukur dari panjangnya doa tiap harimu?
Atau, dinilai daei keindahan rangkaian kata yang terucap dari bibirmu?
Jika begitu, maka aku telah kalah telak

Aku percaya, bahwa Allah tidak haus akan pujian dan kata-kata manis
Aku melihat Allah sebagai sahabatku
karena hanya Dia yang tak akan meninggalkanku
ketika semua orang pergi

Bukankah sahabat adalah orang yang selalu kau percaya?
orang nomor satumu, yang sangat mengenalimu
Bukankah sahabat itu orang yang selalu kau andalkan?
Kau bisa mencaci maki dirinya dan itu tak akan berdampak apa-apa pada persahabatan kalian

Lantas, apakah aku boleh menganggap Allah sebagai sahabatku?
Sebagai tempatku berkeluh kesah
sebagai tempatku mencurahkan isi hati
sebagai sumber kepercayaanku, tempatku berbagi
Bolehkah aku menganggap Allah sebagai sahabatku?
Yang kucaci maki ketika Ia mengecewakanku,
yang sarannya terkadang tak kudengar,
yang selalu kuajak bercanda dan tertawa bersama

Bolehkah aku menganggap aku sebagai sahabat Allah?
Orang yang bisa diandalkan-Nya, orang terpercaya bagi-Nya,
tempat-Nya berbagi, yang Ia ajak tertawa dan menangis bersama
Tempat-Nya berkeluh kesah dan yang Ia ceritakan mimpi serta cita-cita

Sebagai orang yang sangat dikenali-Nya
yang akan Ia tegur dan marahi
Orang nomor satu-Nya?
Karena itulah yang akan sahabat lakukan
Bolehkah aku?


Batam, 19 Juli 2015

0 comments:

Post a Comment