Mereka terus terdorong hingga ke perbatasan
oleh orang-orang yang dibutakan oleh tradisi
oleh adat,
bukan kemanusiaan
Angin pagi ini menghembus menegakkan bulu kudukku
Rasa prihatin nan menyayat mengiris nuraniku
Seperti luka menganga yang ditaburi garam
Pedih,
pedih sekali
Bagaimana rasanya menjadi mereka
rasanya bisa kurasakan
Seperti dipaksa menelan simalakama
Maju kena, mundur kena
Ingin menerima dirimu apa adanya
sementara orang-orang di luar sana semakin mendesakmu ke pinggir;
mendesakmu hingga terjepit
Tiap malam air matamu menetes
berteriak memecah hening
'Mengapa harus aku yang berbeda?!' teriakmu.
Kau terlanjur memilih melanjutkan hidup sebagai orang yang mereka katakan:
normal
Kau ingin menjadi normal
sama seperti mereka
Berharap pilihan-pilihan esensial itu dapat mengubah haluan kemudimu
Kau ingin menjadi normal
yang kau anggap sama sekali abnormal
Hidup tidak semudah itu
Hakikatmu membawa engkau untuk menyatu dengan bagianmu yang paling dalam
Mereka membenci penyatuan itu!
Lagi, untuk ke sekian kali..
Mereka menarik tanganmu
menghujani engkau dengan caci maki
Engkau bukan lagi bagian dari mereka!
Mereka menutup mata;
Engkau berbeda!
menghujani engkau dengan caci maki
Engkau bukan lagi bagian dari mereka!
Mereka menutup mata;
Engkau berbeda!
melemparkan engkau ke perbatasan:
hunian bagi orang-orang yang dianggap tak lagi manusia normal
oleh orang-orang yang belum tentu memahami apa itu normal
Karangasem, 12 Juni 2015
0 comments:
Post a Comment