Allah yang hidup, aku yang masih berjuang.

another sunday, another blessed day. salah satu bacaan diambil dari Lukas 20: 27-38 tentang orang Saduki yang bertanya pada Yesus tentang apa yang mereka sendiri tidak percayai: kebangkitan.


mereka ini sepertinya penasaran, kalau seorang menikah 7 kali, mempunyai 7 suami, di hari kebangkitan nanti yang mana yang akan jadi pasangannya?


aku tertawa dalam hati, karena baik 2000 tahun yang lalu maupun 2000 tahun kemudian, yaitu masa kini, orang masih mempertanyakan hal yang sama. apa yang terjadi setelah mati?


aku langsung teringat pada para tokoh agama di suatu negara dongeng di sana, yang mengajarkan pada umat mereka, kalau nanti di surga mereka akan didampingi 7 bidadari yang seksi dan rupawan. surga orang-orang yang beragama, tetapi dipenuhi hal-hal yang sangat duniawi. 


menyedihkan betapa setelah kematian pun kehidupan perempuan tetap dibayangkan demikian. menyedihkan bahwa di dalam dunia roh pun yang diinginkan adalah kedagingan.


kemudian Tuhan Yesus menjawab orang Saduki, sampai mereka tidak berani bertanya lagi: jangan bayangkan kehidupan setelah kematian sama seperti kehidupan saat ini. jangan bayangkan kehidupan setelah kematian memiliki sistem yang sama dengan kehidupan saat ini. semua nilai yang ada menjadi luruh, segala hal menjadi yang ideal. seperti seharusnya, seperti saat Bapa menciptakan segala.


lalu bang Anthon, pelayan firman yang juga sedang menjalani kaderisasi pelayan di gereja, menambahkan kalau kerinduan akan yang ideal itu menjadi pelarian bagi banyak orang 'beriman.'


seperti komedi, karena baru saja kemarin aku 'ingin pulang' dan masih berupaya supaya aku tak perlu 'memulangkan diri sendiri.' karena memang sepertinya dunia ini hanya di pundakku saja. dunia yang kutempati saat ini rasanya not recommended, di google maps akan kuberi bintang satu. rasa gelisah dan tidak betah senantiasa ada. sehari-hari berteriak dalam hati, 'TUHAN, AKU MAU PULANG!'


hidup ini, apakah hanya proses untuk menguatkan diri sendiri, menghadapi masalah yang semakin lama semakin kompleks dan berat untuk dijalani? apakah segala kecemasan ini, salib-salib yang silih berganti ini, hanya melatihku untuk memikul salib yang lebih berat dan besar? dan ketika aku sudah terlatih memikul salib yang berat itu, apakah reward yang kudapat adalah salib yang jauh lebih besar lagi?


dan Tuhan tegur aku dengan kasih sayang lewat firman-Nya hari ini.


Tuhan Yesus menjawab orang Saduki itu: Allah itu bukan Allah orang mati, tetapi Allah orang hidup. mengapa, tanyaku? karena yang mati itu tak lagi memikul salib. karena yang mati itu sudah selesai memikul salib mereka masing-masing. atau karena yang mati itu sudah menyerah dengan besarnya salib yang dipikul?


yang memerlukan Allah ialah mereka yang hidup, karena yang hiduplah yang sedang berjuang memikul salib. karena yang hiduplah yang berjuang untuk lebih kuat lagi hari ini. karena yang hiduplah yang berjuang untuk mempertahankan hidup.


himne Great Is Thy Faithfulness katakan: strength for today and a bright hope for tomorrow - dan segalanya Allah sediakan bagi mereka yang hidup.


satu kalimat dari Pendeta Yandri di pagi hari yang sama: jangan terlalu dipikirkan. bagaimana jalanmu menuju surga, jangan terlalu dipikirkan. dijalani saja.


rasanya seperti sebuah tepuk di pundak yang menenangkan. seperti anggukan kepala yang meyakinkan saat kau merasa ragu. seperti seorang sahabat yang menyemangatimu: pasti bisa.


maka aku mengingat bagaimana seorang anak yang masih polos mempercayai orangtuanya, bermain dan bergembira tanpa terlalu banyak memikirkan jalan hidupnya. rasa-rasanya seperti iman yang sedikit naif, iman yang tak banyak bertanya-tanya. jalani dan imani bahwa di dalam dan di ujung perjalanan ini, Allah menjumpaiku dan mengatakan, 'You made it.' and that is the reward.


ngh.

9 november 2025.



0 comments:

Post a Comment