utuh pada iman
kini memudar
Bukan aku tak lagi percaya
Tapi awan gelap semakin menutup pandanganku dari cahaya
Visiku dihalau sedikit demi sedikit dan menguap sedikit demi sedikit
Aku tahu apa ini
Ini pencobaan
Bangunan imanku yang paling diguncang saat ini
Aku butuh percaya tapi aku tak yakin bisa
Mungkin lebih baik disebut naif
Atau mungkin setiap iman memerlukan kenaifan?
Lalu bagaimana dengan masa
dengan waktu
Ingin kuketahui apa yang terjadi di depan sana
Harapku hanya yang indah semata
Tapi hidup tak mungkin semenyenangkan itu
Persediaan tawaku tinggal menghitung jari
Harapan dan inginku tinggal menghitung hari
Lalu pada suatu kali
Hidup akan lebih ramah
kepada mereka yang baru mencoba
Bagaimana mereka tak melihatku yang terus berusaha
Bagaimana mereka mengabaikanku begitu saja
Memang berbicara tentang kesempatan
Yang baik dan beriman akan kalah dengan yang beruntung
Hidup tak seadil itu
Adil hanya imajinasi
Tak nyata hanya ilusi
Lalu yang paling mengosongkan adalah
keacakan Semesta
Di suatu jalan kau masih bisa mati
Tak peduli seberapa hati-hati
Atau pada kesempatan lain kau bisa saja tidak lahir
Atau mungkin kau lahir pun hanya sebatas keacakan
Segala keacakan Semesta membuatmu begini dan begitu
Bahayanya ialah
Kau tak tahu apa ia berpihak padamu atau akan membunuhmu
NH.
Jakarta. 27 Agustus 2018.
0 comments:
Post a Comment