seperti saat ini
Selama ini menjadikan dia
seperti saat ini
Ia melihat dengan mata
yang sebelumnya tak pernah ada
Ia mendengar dengan belas kasih
sesuatu yang ia sendiri tak tahu ia miliki
Ia berpikir melewati tapak perjalanan
yang ia tak pernah lalui
Dengan belas kasih,
ternyata tak menjadikan diri
tidur dengan nyenyak
Di malam-malam
ketika saudaranya masih berpeluh
mencari nafkah
Di hari hujan
ketika ia tahu mereka kedinginan
tiada tempat berlindung yang nyaman
Ia merasa
hal tersulit tentang merasa
ialah perasaan itu sendiri
Membuncah
sekaligus tak menyisakan apa-apa
dengan mata yang tertutup
Ia tahu
Seluruh makhluk sedang menderita
Sebagian mengikhlaskan, yang lain menyadari
sebagian lagi tak menerima
Kesadaran yang pahit itu justru meneduhkan
Tiada yang tiada berbeban
Tiada yang tanpa luka
Tiada yang tidak gelisah
Matanya terpejam
Bahkan lampu-lampu ibukota
menyuarakan luka
membuatnya menderita
Secangkir kopi tak lagi nikmat
Tetes hujan tak lagi menenangkan
Bunga layu
Pantulan cahaya di genangan air hujan
di suatu malam yang sendu
tak lagi membahagiakan
Bunga akan selalu mekar
Ya, tapi bunga akan mati
Pelangi ada sehabis hujan
Ya, tapi mendung tak benar-benar pergi
Ia akan datang lagi
Mengapa perasaan
Belas kasih yang menggelisahkan
Kembalilah pulang
Kali ini,
akan kusambut dengan senyuman
NH.
Pertemuan terakhir kelas Trauma, Teologi, dan Estetika
Jakarta
29 November 2017
0 comments:
Post a Comment