kepada balita yang belum mampu berkata-kata
kepada anak remaja yang tengah mencari cita
kepada dewasa muda yang menemukan namun jarang memahami makna
kepada opa oma yang sering terlupa
Seharusnya Aku menebarkan cinta
kepada bunga-bunga di halamanku
di kiri dan kanan
di pangkal di tepian
bangunanku yang megah nan menawan
juga cinta kepada kawanan semut yang singgah
untuk mengagumi keanggunanku
pada mereka yang menjamin keamananku
Seharusnya Aku menebarkan cinta
kepada langit yang semakin keruh
sungai yang enggan bergemuruh,
tersendat di sana sini
kepada laut yang tak lagi biru
hanya abu-abu dan bau
Seharusnya Aku menebarkan cinta
kepada hewan yang hilang satu per satu
Namun Aku hanya diam
tak mampu berbuat apa-apa
Meski Aku sering mendengar mereka mendoakannya
Seharusnya Aku menebarkan cinta
kepada pohon-pohon yang menopang
kehidupan tiada kurang
Namun Aku hanya diam
menyaksikan mereka membakar lalu mendoakannya
Seharusnya Aku menebarkan cinta
kepada perut-perut yang kosong
kerongkongan yang penuh dahaga
kepala yang tergeletak tak beralas
peluh bercucuran meski sudah puncak malam
Seharusnya Aku menebarkan cinta
tetapi yang kuberikan justru gelisah
tak jarang amarah
Aku menari bagi diriku sendiri
Meski dentingan piano tak lagi merdu
Nyanyian tak lagi padu
dan menjadi perteduhan bagi segala
karena dari Cinta Aku bermula
Lingkaran penuh makna
yang merangkul semua
Nov.
Untuk homili/puisi di ibadah Advent STT Jakarta
Jakarta, 6 Desember 2017
0 comments:
Post a Comment