Happy birthday, Betha, see you :')
Betapa kecilnya manusia. Ia lalu begitu
saja. Hanya meninggalkan nama.
Tak diketahui keberadaannya. Sebentar
hilang, lalu muncul kembali.
Tak diketahui
masanya. Ia bisa datang dan pergi begitu cepat.
Hari ini, di awal
bulan September, di awal mulainya hari kedua
Tanpa ada yang
menduga, sahabatku dipanggil Bapa ke surga
Ya, mungkin kami
jarang bertutur sapa, namun kami tumbuh bersama
Karena walaupun
jarang bertatap-muka
Seorang sahabat tetaplah sahabat
Bagian yang paling sakit bukanlah
karena kepergiannya
Namun, karena hilangnya kesempatan ‘tuk
ucapkan
“Selamat jalan,
Kawan. Sampai bertemu lagi di rumah Bapa.”
Awal mulanya, aku
berkata, “Mengapa harus saat aku jatuh?”
Dan kupikir,
mungkin aku akan mengalami trauma seumur hidup
Jika langsung
kudengar berita itu
Betapa takkan
kulupa terakhir kali kita berjumpa
Pelukanmu begitu erat hingga
mengangkatku ke udara
Ya, kutahu, sudah lama kita tidak
bertemu
Seperti jauh sekali, padahal satu tanah
Ternyata itulah kesempatan terakhirku,
Sobat
Ternyata kami tak memiliki kesempatan
lain
Dan ternyata, aku masih lebih beruntung
Karena perpisahan terakhirku kepadamu
saat itu bahagia.. dan sementara
Tetapi, yang sementara itu menjadi
kekal, Betha
Betapa takkan kulupa, semua memori kita
Sekali-kali tidak
Tapi, sakit rasanya, Betha, melihat
tugasmu sudah selesai lebih dulu
Mengapa kita tak bersama-sama
menyelesaikannya, Betha?
Betapa menyedihkannya, Bet.
Jika yang dapat kutemui nanti
Hanyalah sebuah batu bertuliskan namamu….
Selamat jalan, sahabat terbaikku, temanku bertumbuh, Betha Damaiyanti
Panjaitan.
Tenanglah bersama Bapa, Sobat.
Kau takkan kulupa….
0 comments:
Post a Comment